Tahun Baru Telah Di Depan Mata, Apa Kabar January Effect di Pasar Saham Indonesia?

January Effect, January Effect di Pasar Saham Indonesia


Saat ini, kita tengah berada di pengujung akhir bulan Desember, yang mengartikan bahwa sebentar lagi kita akan memasuki awal tahun baru 2022. Bagi investor, ini merupakan momen-momen yang dinantikan untuk menyambut datangnya fenomena “January Effect”.

Apa sih January Effect itu?

January Effect merupakan sebuah persepsi yang mengungkapkan bahwa harga saham akan diprediksi naik pada tiap bulan Januari. Walaupun fenomena ini tidak selalu terjadi tiap tahunnya, namun secara umum harga-harga saham akan mengalami peningkatan seiring banyaknya permintaan (demand) pada sekelompok saham tertentu.

Meningkatnya harga saham tersebut disebabkan adanya para fund manager dan investor yang ramai-ramai melakukan transaksi buy demi memenuhi tujuan portofolio investasi mereka pasca terjadinya penurunan harga-harga saham pada akhir tahun.

Fenomena January Effect ini bermula dari seorang bankir bernama Sidney B. Wachtel yang melakukan observasi saham pada tahun 1942, di mana hasil observasinya tersebut menunjukkan bahwa terdapat saham-saham kecil (small cap) yang selalu mendominasi saham-saham besar (big cap). Hal ini terjadi karena adanya kinerja positif sebelum pertengahan Januari.

Observasi tersebut juga didukung oleh sebuah penelitian yang dilakukan Rozzef dan Kinney sejak tahun 1904 sampai 1974, yang mana dari hasil analisisnya terhadap data bursa saham Amerika (New York Stock Exchange)  menyatakan bahwa rata-rata return saham khususnya pada saham small cap lebih besar lima kali lipat selama bulan Januari yakni sebesar 3,48% dibandingkan dengan bulan-bulan setelahnya yang hanya sebesar 0,42%.

Dari berbagai hipotesis yang ada, dihasilkan sebuah asumsi mengenai asal-usul munculnya fenomena January Effect di pasar saham. Pertama, investor cenderung memilih sell terhadap saham small cap dengan tujuan menghindari pajak di akhir tahun. Kemudian mereka buyback saham di awal tahun sehingga mengakibatkan terjadinya kenaikan harga saham.

Kedua, adanya penerimaan bonus di akhir tahun investor menggunakannya untuk memborong beberapa saham. Akhirnya ini yang menyebabkan harga saham meningkat pada bulan Januari.

Ketiga, manajer investasi akan membeli saham-saham yang menurut mereka berkinerja positif selama tahun tersebut. Tentunya tidak lain untuk mempercantik portofolio investasi mereka (windows dressing) pada laporan tahunan pemegang saham. Permintaan dari investor perusahaan tersebut akan merangsang harga saham yang lebih tinggi di bulan Januari.

Untuk lebih mengetahui apakah bursa saham di Indonesia mengalami January Effect atau tidak, berikut data IHSG per bulan Januari selama 11 tahun terakhir.


IHSG

 Januari

2011

-7,95%

2012

+3,13%

2013

+3,17%

2014

+3,38%

2015

+1,19%

2016

+0,48%

2017

-0,05%

2018

+3,93%

2019

+5,46%

2020

-5,71%

2021

-1,95%

Sumber: IDX

Berdasarkan data IHSG dalam kurun waktu 11 tahun terakhir (tahun 2011-2021), tercatat naik sebanyak 7 kali dan turun 4 kali per bulan Januari. Jadi, terdapat sekitar 64% probabilitas mengalami January Effect di bursa saham Indonesia.

Lantas bagaimana dengan tahun depan? Apakah pasar saham Indonesia mengalami January Effect? Lebih pastinya kita tunggu saja.

Perlu diketahui, meskipun nantinya di bulan Januari pasar saham Indonesia mengalami January Effect, sebagai investor harus tetap memperhatikan aspek analisis teknikal maupun fundamental. Karena kedua aspek tersebut merupakan hal penting yang juga akan menentukan saat-saat yang tepat dalam memanfaatkan peluang tersebut.
Next Post Previous Post